Saturday, 23 April 2016

Kisah Inspiratif



Dr. Howard Kelly


Sekarang saya coba bagikan kisah inspiratif dari seorang dokter yang hidup pada tahun 1858 – 1943. Mungkin sebagian dari kita sudah pernah membaca kisah ini, tapi tidak ada salahnya saya bagikan kembali sekedar untuk mengingatkan tentang kisah yang sangat inspiratif ini.

Suatu hari seorang anak miskin menjual barang dari pintu ke pintu untuk membayar uang sekolahnya. Namun pada satu waktu dia hanya punya satu sen, dan ia merasa lapar. 
Dia memutuskan untuk meminta makanan ke sebuah rumah. Namun, ia kehilangan keberaniannya ketika seorang wanita muda yang cantik membuka pintu.

Alih-alih meminta makan, ia meminta untuk minum air saja. Si wanita muda ini melihat si anak tampak lapar karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak itu meminumnya secara perlahan, dan kemudian bertanya "berapa harganya?"

"Kamu tidak perlu membayar apa-apa" jawabnya. " Ibu telah mengajarkan ku untuk tidak menerima bayaran untuk sebuah kebaikan. "

Anak itu mengatakan "Dari dalam lubuk hatiku, aku mengucapkan terima kasih"

Howard Kelly meninggalkan rumah itu, ia tidak hanya merasa lebih kuat secara fisik, tapi imannya kepada Tuhan dan sebagai manusia juga kuat. 

Bertahun-tahun kemudian wanita itu sakit kritis. Para dokter di kota itu bingung akan penyakit yang ia idap. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Ketika ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran pada mata si dokter.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit ke ruangan tempat wanita itu dirawat.

Mengenakan baju dokternya dia pergi menemui wanita itu. Tak perlu waktu lama dia langsung mengenalinya.

Dia kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan hidup wanita itu. Sejak hari itu ia memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah perjuangan panjang,

Wanita itu akhirnya sembuh. Dr Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya. 

Ketika wanita itu menerima surat tagihannya, ia takut untuk membukanya karena ia yakin biaya yang akan ia tanggung untuk penyembuhannya akan sangat mahal. ia tahu Ia tak akan mampu membayar, meski dicicil seumur hidup , dengan tangan bergetar, ia membuka amplop itu, & menemukan catatan dipojok atas tagihan..

Akhirnya dia melihat, dan

"Dibayar lunas dengan satu gelas susu"

Tertanda, Dr. Howard Kelly

Siapa Dr. Howard Kelly ?
Ia tak lain adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tsb.

Cerita ini disadur dari buku pengalaman Dr.Howard Kelly dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania .

Dokter Howard Kelly adalah dokter yang sangat dihormati , Pada tahun 1895, ia mendirikan Division of Gynecologic Oncology di John Hopkins University.

Pendapatan Negara dari sektor Transportasi Online


Pendapatan Negara dari Transportasi Online

Tidak dapat dipungkiri, jaman sekarang adalah jamannya gadget. Dari anak kecil sampai orang tua sudah mengenal dan memakai smartphone khususnya masyarakat di perkotaan.
Dengan jaringan telekomunikasi yang menyebar dan relatif merata di seluruh penjuru negeri, semakin banyak lagi masyarakat yang sudah melek teknologi dan memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi berbasis telepon pintar baik untuk komunikasi, bersosial, membuka informasi, bermain game, memesan tiket pesawat, hotel, untuk berjual-beli bahkan layanan ojek juga memakai aplikasi ini.

Itulah dunia kita sekarang. Yang dulunya jika mau naik pesawat terbang, pesan dan beli tiket dulu di travel-travel/agen perjalanan, sekarang tinggal pesan dan beli bahkan check-in lewat smartphone.
Yang dulunya banyak belanja pulsa untuk menelpon atau panggilan suara, sekarang banyak belanja pulsa untuk bersosial di dunia maya. Yang dulunya beli sepatu di pasar, sekarang beli sepatu di toko-online.
Dalam beberapa bulan terakhir, jika Anda ke Jakarta atau ke kota-kota besar lainnya di Indonesia dengan tingkat kemacetannya yang boleh dibilang sudah menjadi makanan sehari-hari warganya seperti Bandung atau Surabaya, bisa sekali waktu Anda akan berjumpa dengan layanan ojek yang ojekernya (meminjam istilah kerennya) berjaket dan berhelm seragam.

Tidak seperti ojek konvensional, layanan ojek ini menggunakan aplikasi Android atau iOS dengan bermodal telepon pintar yang Anda punyai untuk menemukan tukang ojek di sekitar tempat Anda berada kemudian memesan dan meminta untuk diantarkan ke tempat tujuan Anda dengan pembayaran non kas dan tarif yang sudah terstandar sehingga Anda tidak perlu merasa tertipu atau merasa membayar lebih mahal dari yang seharusnya.

Dalam perkembangannya, layanan ojek seperti Go-Jek, Grab-Bike maupun layanan serupa yang terus bermunculan seperti OJESY singkatan dari Ojek Syari atau ada juga Jeger Taksi telah menimbulkan fenomena baru yang mendapat tanggapan pro dan kontra.

Beberapa pengamat menyatakan layanan angkutan berbasis roda dua ini melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pemerintah melalui Kemenhub belum memberikan ijin.

Pemerintah kota atau propinsi mempermasalahkan pembayaran pajak atau retribusinya sebagaimana angkutan umum lainnya seperti perusahaan taksi, travel, PO Bus atau angkutan kota. Pengamat lain mengapresiasi adanya layanan tersebut karena dapat mengurangi angka pengangguran.

Sehingga sampai dengan saat ini layanan seperti Go-Jek maupun Grab Bike masih menyisakan permasalahan pro dan kontra baik ijinnya, pajaknya, peluang kerja, persaingan maupun dampak sosialnya.

Dari sisi perpajakan, ada suatu peluang atau potensi yang dapat ditangkap dari fenomena ini. Dari beberapa sumber berita nasional, didapat bahwa minat orang sebagai tenaga ojeker yang tergabung dalam Grab Bike maupun Go-Jek saat perusahaan itu membuka pendaftaranya mencapai ribuan orang. Memang belum ada data pasti berapa jumlah ojeker yang telah terdaftar.

Ada satu hal yang menarik kenapa banyak orang berminat dalam perekrutan besar-besaran sebagai tenaga ojeker ini yang bisa mencapai ribuan orang, karena menjanjikan penghasilan atau penghasilan tambahan yang lumayan. Banyak ojeker berprofesi sebagai karyawan swasta, pedagang, atau bahkan mahasiswa.
Tambahan penghasilan sebesar Rp 7 -8 juta perbulan menjadi daya tariknya menurut berbagai sumber. Bila dilihat dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), layanan ini seharusnya dapat dimasukkan ke dalam objek yang seharusnya terutang PPN.

Layanan angkutan atau jasa ini secara faktual tidak termasuk dalam jasa angkutan umum yang dikecualikan sebagai objek PPN sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 80/PMK.03/2012. Hal ini karena jasa ini tidak menggunakan kendaraan yang menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam.

Lalu berapa potensi pajaknya?

Jika ada sekitar 2 ribu sampai dengan 3 ribu pengendara atau ojeker dengan penghasilan atas jasanya rata-rata sekitar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per orang per harinya, maka ada potensi PPN sekitar Rp 10 juta-Rp 60 juta perhari dari perusahaan pengelola layanan tersebut.

Dalam sebulan dengan hitungan moderat bisa didapat potensi PPN yang terutang sebesar Rp, 1,2 milyar. Bagaimana yang terkait dengan Pajak Penghasilan? Dari beberapa sumber menyatakan bahwa ongkos layanan ojek beraplikasi ini dibagi 80% untuk pengendara dan pengelola kebagian 20%.

Dari sini dapat dihitung dengan penghasilan rata-rata per ojeker sebagaimana di atas maka penghasilan untuk pengelola adalah sekitar Rp. 150 juta perhari dengan asumsi pengelola mempunyai 3 ribu ojeker aktif. Dalam sebulan, perusahaan pengelola dapat membukukan penghasilan bruto sebesar Rp. 4,5 milyar.

Tentu saja ada potensi PPh yang cukup besar di situ belum lagi jika ditambahkan PPh atas ojeker bila bisa dijaring melalui mekanisme pemotongan. Dari hal tersebut di atas dapat digambarkan adanya suatu fenomena baru berupa bisnis yang sedang berkembang pesat disaat mungkin bisnis lainnya sedang dilanda kelesuan.

Model bisnis telah berubah, peta persaingan juga telah berubah karena preferensi konsumen yang berubah.
Akan muncul pemain-pemain baru dengan model baru yang akan menggantikan atau menggeser yang lama secara alamiah.

Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh otoritas pajak untuk terus mengawasi, memperhatikan dan melihat peluang potensi penerimaan dari berbagai sektor bisnis yang lagi berkembang di saat sektor lainnya membukukan penerimaan pajak yang pertumbuhannya melambat.

Para pengamat ekonomi dengan berbagai analisanya memang menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia dalam proses perlambatan dan kurang setuju jika kondisi saat ini disebut sebagai krisis kedua setelah tahun 1998. Tidak perlu melihat indikator ekonomi yang memusingkan seperti cadangan devisa atau tingkat pertumbuhan ekonomi.

Tapi bisa dilihat dari konsumsi dalam negeri Indonesia yang masih tinggi menurut pengamat ekonomi (detikFinance, 31/8/2015). Sebagai contoh, konser penyanyi pop Ariana Grande pekan lalu harga tiketnya Rp 800.000 sampai Rp 6 juta per orang ludes terjual kepada 11.000 penggemar.

Selain itu, konser penyanyi grup rock Bon Jovi yang akan datang, belum konser saja sebanyak 40.000 tiket dengan harga kisaran Rp 500.000 sampai Rp 3,5 juta sudah habis terjual. Contoh lain adalah ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang baru saja rampung. Ajang tersebut dihadiri 451.654 orang dan berhasil terjual 17.077 unit mobil baru senilai Rp 5,4 triliun.

Di ajang lain, pameran Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2015 mencatat transaksi penjualan sebesar Rp 1,636 triliun dari hasil penjualan 4.894 unit mobil dan sepeda motor. Jadi masih percaya RI sedang krisis ekonomi? Kata pengamat tersebut.

Menarik apa yang pernah disampaikan Rhenald Kasali tentang sudden shift (Kompas.com, Senin, 24 Agustus 2015). Sudden shift adalah gejala perubahan mendasar sebagaimana adanya isu tentang shale gas, yang kalau sampai kongres Amerika Serikat memberi lampu hijau untuk dieksplor dan diekspor, maka harga gas dunia akan turun.

Data itu rupanya segera direspons oleh para pemain saham yang mengakibatkan harga-harga saham perusahaan tambang batubara menjadi anjlok. Inilah gejala perubahan mendasar yang disebut 3S: sudden shift, speed, dan surprise!".

Tiba-tiba bisnis berubah, secara cepat dan mengejutkan. Faktanya, konsumennya tetap di situ, populasinya tetap besar (8 miliar jiwa), semuanya butuh makan, minum, transportasi, gadget, hiburan, dan sebagainya.

Akan tetapi, siapa yang menikmati perpindahan itu? Hal inilah yang memberikan gambaran tantangan bagi otoritas perpajakan dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak untuk terus berupaya mencari-dan mencari lagi peluang-peluang penerimaan dari pajak dari berbagai macam sektor bisnis di saat adanya perlambatan ekonomi demi menjaga tercapainya target penerimaan pajak tahun 2015 sebesar Rp. 1.300 triliun.

Isu krisis atau perlambatan ekonomi kalau bisa sebaiknya disisihkan sebentar. Bagaimana menangkap fenomena sudden shift sebagai bagian peluang penerimaan pajak mungkin relevan untuk segera dilakukan. Sebagaimana diungkap oleh Rhenald Kasali, siapa yang sekarang sedang menikmati suddent shift.
Karena konsumennya tetap ada, populasinya tetap besar, dan ada lebih 250 juta jiwa di Indonesia, semuanya butuh makan, minum, transportasi, hiburan dan sebagainya. Inilah yang menjadi tantangan bagi fiskus untuk terus mencari dan menggali potensi perpajakan ke segala penjuru.

Sebagaimana contoh fenomena ojek di atas, bisa jadi tukang-tukang ojek pangkalan mengeluh bahwa pendapatan mereka merosot akhir-akhir ini dan segera menyalahkan pemerintah yang tidak bisa mengerem kenaikan dolar AS. Padahal bisa jadi langganannya telah beralih naik Go Jek atau Grab Bike karena alasan-alasan yang lebih masul akal.

Boleh jadi pengusaha-pengusaha di sektor pertambangan atau komoditas lainnya menanggung kelesuan saat ini, tetapi mungkin para pengusaha di sektor infrastruktur harus menambah tenaga kerja karena banyaknya tender yang harus mereka kerjakan.

Pedagang-pedagang baju di pasar juga bisa jadi sekarang mengaku berkurang omzetnya, sementara mungkin toko-toko online seperti Lazada, Zalora, Bukalapak dan lainnya kebanjiran pesanan. Siapakah yang sekarang lagi menikmati “kue” atau “keuntungan ekonomis” dari fenomena ini? Karena sekecil apapun “kue”nya harus digali potensi pajak yang dapat dihasilkan.

Sumber : http://www.pajak.go.id/content/article/menangkap-fenomena-sudden-shift-dari-sisi-perpajakan

Proses pengembangan dan terbentuk nya UKM

Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

UKM adalah singkatan dari usaha kecil dan menengah. Ukm adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. Ukm ini juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu ukm juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. Ukm ini perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Terdapat dua aspek yang harus dikembangkan untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut.

Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui pula bahwa UMKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia , tetapi kontribusi dalam output nasional di katagorikan rendah. Hal ini dikarenakan UMKM, khususnya usaha mikro dan sektor pertanian (yang banyak menyerap tenaga kerja), mempunyai produktivitas yang sangat rendah. Bila upah dijadikan produktivitas, upah rata-rata di usaha mikro dan kecil umumnya berada dibawah upah minimum. Kondisi ini merefleksikan produktivitas sektor mikro dan kecil yang rendah bila di bandingkan dengan usaha yang lebih besar.

Untuk meningkatkan daya saing UMKM diperlukan langkah bersama untuk mengangkat kemampuan teknologi dan daya inovasinnya. Dalam hal ini inovasi berarti sesuatu yang baru bagi si penerima yaitu komunitas UMKM yang bersangkutan. Kemajuan ekonomi terkait dengan tingkat perkembangan yang berarti tahap penguasaan teknologi. sebagian terbesar bersifat STATIS atau tidak terkodifikasi dan dibangun di atas pengalaman. Juga bersifat kumulatif ( terbentuk secara ‘incremental’ dan dalam waktu yang tertentu ). Waktu penguasaan teknologi ini bergantung pada sektor industrinya ( ‘sector specific’) dan proses akumulasinya mengikuti trajektori tertentu yang khas.

 Di antara berbagai faktor penyebabnya, rendahnya tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan wirausaha di kalangan UMKM menjadi isue yang mengemuka saat ini. Pengembangan UMKM secara parsial selama ini tidak banyak memberikan hasil yang maksimal terhadap peningkatan kinerja UMKM, perkembangan ekonomi secara lebih luas mengakibatkan tingkat daya saing kita tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti misalnya cina dan Malaysia. Karena itu kebijakan bagi UMKM bukan karena ukurannya yang kecil, tapi karena produktivitasnya yang rendah. Peningkatan produktivitas pada UMKM, akan berdampak luas pada perbaikan kesejahteraan rakyat karena UMKM adalah tempat dimana banyak orang menggantungkan sumber kehidupannya. Salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UMKM adalah dengan melakukan modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah.

Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah:

Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM.
 
Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
 
Daearh operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.
 
Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil Usaha Kecil Menengah tidak saja memiliki kekuatan dalam ekonomi, namun juga kelemahan, berikut ini diringkas dalam bentuk tabel:

KEKUATAN KELEMAHAN UKM

•KEBEBASAN UNTUK BERTINDAK •MODAL DALAM PENGEMBANGAN
TERBATAS

•MENYESUAIKAN KEPADA KEBUTUHAN SETEMPAT •SULIT UNTUK MENDAPATKAN
KARYAWAN

•PERAN SERTA DALAM MELAKUKAN USAHA/TINDAKAN •RELATIF LEMAH DALAM
SPESIALISASI
 Segala usaha bisnis dijalankan dengan azas manfaat, yaitu bisnis harus dapat memberikan manfaat tidak saja secara ekonomi dalam bentuk laba usaha, tetapi juga kelangsungan usaha. Beberapa faktor penentu keberhasilan usaha adalah:

•Kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perusahaan, baik jangka pendek maupun panjang

•Kapabilitas dan kompetensi manajemen.

•Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan modal untuk menjalankan usaha.
Krisis global dunia telah menggagalkan, bahkan membangkrutkan banyak bisnis di dunia. Di tengah krisis global yang melanda dunia tahun 2008-2009, Indonesia menjadi salah satu negara korban krisis global, walaupun kita telah belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa sektor UKM tahan krisis, namun tetap saja harus ada kewaspadaan akan dampak krisis ini terhadap sektor UKM,dan ada beberapa tantangan UKM dalam menghadapi era krisis global yaitu :

•Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

•Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7% yang sudah memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau koperasi).

•Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu.

•Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing sebagai suatu hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri.

Dan salah satu langkah strategis untuk mengamankan UKM dari ancaman dan tantangan krisis global adalah
dengan melakukan penguatan pada multi-aspek. Salah satu yang dapat berperan adalah aspek kewirausahaan. Wirausaha dapat mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki, dengan proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan UKM siap menghadapi tantangan krisis global. Beberapa peran kewirausahaan dalam mengatasi tantangan di UKM adalah:

1.Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:
a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki
perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang
(stratejik).
b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima
kritik dan saran untuk masukan pengembangan UKM.

2.Bertindak inovatif, yaitu:
a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam
setiap aspek kegiatan UKM.
b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

3.Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui
resiko dan manfaat dari suatu bisnis. UKM harus memiliki manajemen resiko
dalam segala aktivitas usahanya.

Sementara untuk mengatasi masalah yang ada di UKM saat ini, tidak saja dibutuhkan 3 sikap di atas, namun juga diperlukan langkah-langkah pendukung dari manajemen UKM, dalam aspek penataan manajemen UKM . Beberapa aspek pengelolaan manajemen UKM yang harus dibenahi dapat dibuat daftar nya sbb:
key indicator pengelolaan UKM

Personil
Fasilitas fisik
Akuntansi
Keuangan
Pembelian
Pengurusan barang dagangan
Penjualan / Marketing
Advertensi
Resiko
Penyelenggaraan sehari-hari

Banyak text book yang telah mendefinisikan ciri-ciri kewirausahaan dari berbagai
aspek, semisalnya gender, produk yang dihasilkan, usia, serta profil psikologis, seperti
yang ditulis oleh Griffin & Ebert (2005) dan Boone (2007), yang dapat diringkas sbb:

1. Mempunyai hasrat untuk selalu bertanggung jawab bisnis dan sosial
2. Komitmen terhadap tugas
3. Memilih resiko yang moderat
4. Merahasiakan kemampuan untuk sukses
5. Cepat melihat peluang
6. Orientasi ke masa depan
7. Selalu melihat kembali prestasi masa lalu
8. Memiliki skill dalam organisasi
9. Toleransi terhadap ambisi
10. Fleksibilitas tinggi

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Masalahnya kini, apakah kemitraan hanya sekedar retorika politis semata, ataukah memang secara kongkrit dan konsisten hendak diwujudkan dengan tindakan nyata? Komitmen kemitraan dirasakan bagaikan angin segar bagi kebanyakan usaha kecil. Harapan mereka adalah agar program kemitraan ini tidak hanya seperti angin sepoi-sepoi yang cepat berlalu. Semoga kemitraan tidak hanya sekedar menjadi mitos.
Berdasarkan pemaparan UKM dan kewirausahaan di atas, maka penulis mengambilkesimpulan sbb:

•Usaha Kecil Menegah (UKM) Indonesia telah membuktikan perannya sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan membuktikan diri secarahistoris tahan terhadap krisis.

•Setidaknya ada 7 tantangan yang dihadapi oleh UKM dalam krisis finansial global yang dapat mengancam daya saing dan operasional UKM.

•Aspek kewirausahaan dapat berperan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi UKM, yaitu bagaimana UKM harus dapat bertindak inovatif, berpikir kreatif, dan berani mengambil resiko.
Penulis juga mengemukakan saran pengembangan UKM sebagai berikut:

•UKM harus memiliki manajemen resiko yang baik dalam rangka pengelolaan usaha, untuk itu disarankan adanya perhatian dan pengelolaan perusahaan berdasarkan kepada resiko yang ada.

•Kewirausahaan tidak akan berjalan jika tida memiliki sikap mental positif. Olehkarena itu, pelaku UKM diharapkan memiliki sikap mental positif sebagai syarautama untuk berpikir kreatif, bekerja secara inovatif,
 dan berani mengambil resiko.

Contoh UKM

Berkunjung ke Tanjung Pinang, Kepri rasanya tak lengkap bila pulang ke rumah tak membawa oleh-oleh kerupuk ikan. Namun, siapa sangka bila dari sebungkus kerupuk ikan ini ada kisah sukses seorang anak perantauan dari Bangka yang kini telah menjadi pengusaha besar di Tanjung Pinang dari bisnis kerupuk ikan yang Ia kembangkan.

Adalah Bona Chandra (53) seorang anak perantauan dari Bangka yang dulunya sengaja datang ke Tanjungpinang untuk mengadu nasib di tanah orang, kini beliau sukses menjadi pengusaha kerupuk yang produknya telah tersebar di seluruh penjuru Kepulauan Riau.

“Saya awalnya dulu ke Tanjungpinang ikut usaha orang lain, lalu di tahun 1986 saya merantau ke Palembang untuk belajar membuat kerupuk, dan di tahun 1988 silam saya kembali ke Tanjungpinang untuk memulai usaha kerupuk seperti ini,” ujar Bona kepada tim BisnisUKM.com (21/05).

Dibantu istri dan seorang saudaranya, saat itu Bona mengawali usaha kerupuk ikan ini dengan modal Rp 500.000,-. Namun seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, sekarang ini bisnis kerupuk ikan yang mengusung brand “Sumber Rejeki” ini telah mempekerjakan sedikitnya 22 orang tenaga kerja yang setiap harinya mampu memproduksi kerupuk ikan sekitar 200 kilogram.

“Untuk kapasitas produksi saya sebulan bisa membuat 5 ton kerupuk atau rata-rata sehari 200 kilogram untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen,” kata Bapak dua anak tersebut. Selain memproduksi kerupuk ikan tenggiri, Bona juga mulai mengembangkan beberapa produk baru seperti misalnya kerupuk ikan tongkol putih, kerupuk gonggong, kerupuk udang, kerupuk cumi, kerupuk otak-otak, dan ada juga kerupuk kentang.

Tembus Pasar Singapura

Ketika ditanya mengenai jangkauan pasar yang Ia miliki, Bona mengaku bahwa sekarang ini kerupuk Sumber Rejeki telah tersebar di berbagai toko swalayan dan pusat oleh-oleh yang ada di Kepulauan Riau. Tak hanya itu saja, sejak beberapa waktu yang lalu kerupuk buatan Bona telah merambah pasar ekspor ke negara tetangga seperti Singapura.

“Awalnya bisa masuk ke Singapura karena dulu saya ditelpon orang Singapura yang minta bertemu di Batam dan membawa sampel produk. Setelah saya menemuinya dan membawa sampel produk, lalu dia mencoba kerupuk saya dan mulai pesan minta dikirim ke singapura rutin seminggu sekali,” ungkapnya.
Dengan bantuan pemerintah khususnya Disperindag yang seringkali mengajak Bona untuk mengikuti berbagai macam event pameran, Bona mengaku selama ini tidak ada kendala untuk bisa ekspor ke Singapura. “Melihat proses pemasaran ke Singapura tak ada kendala yang berarti, kedepannya saya ingin memperluas pemasaran tidak hanya ke Singapura tapi juga bisa merambah pasar eropa dan lain sebagainya,” papar Bona.